gambar: ilustrasi; sumber: ondosupriyanto.blogspot.co.id
oleh: Sri Lestari Linawati
Pagi ini aku bermaksud berangkat pagi-pagi agar bisa ikut kegiatan senam aerobic khusus ibu-ibu yang diselenggarakan oleh kampus. Rencana tinggal rencana. Ternyata pagi ini saya harus mengantar motor ke bengkel karena ahad bengkel libur. Ini perlu saya lakukan agar senin yang dengan jadwal full sejak pagi hingga malam, dari kampus satu ke kampus terpadu, dapat berjalan dengan lancar. Akhirnya saya putuskan untuk naik sepeda federal menuju kampus.
Anak kami yang sedang olahraga di sekolahnya melambaikan tangannya. Senang melihatnya ceria penuh semangat. Menyusuri jalan-jalan kampung dengan aliran sungai nan gemericik, bunga-bunga berwarna-warni meliuk diterpa angina sepoi-sepoi seolah melambaikan ucapan “selamat berkarya…!”, melihat Pak Tani menyiangi rumput di hamparan sawahnya, menjadi pemandangan indah untuk memulai aktivitas hari ini. Bila telah sampai di titik ini, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Kebetulan di jalan itu ada seorang ibu yang tengah menerangkan jalan kepada seorang bapak tua yang tengah memuat tumpukan besek. Spontan saya tanya, “Hendak kemanakah, Bu?” Spontan pula ibu tersebut menjawab, “(beliau bapak tua itu) Mau ke pasar Tlogorejo”. Segera saya ajak serta sang bapak tua, “Monggo sareng kulo, Pak”. Bapak tua itu pun segera mengikuti di belakang”. Alhamdulillah, di antara waktuku masih Allah berikan kesempatan untuk menunjukkan jalan kepada sang bapak tua penjual besek. Hampir sampai pasar, kutanya asalnya, “Saking Mijen, Godean.. Ibu badhe tindak sekolah?” “Nggih.”, jawabku. Di pertigaan kutunjukkan jalan ke kanan menuju pasar Tlogorejo, dan beliau dengan wajah sumringah, turun dari sepedanya dan berhenti sejenak kemudian berkata padaku, “Maturnuwun, Bu..”
Subhanallah.. Alhamdulillah.. Kukayuh lagi sepedaku ke kampus yang tak jauh dari rumahku. Mengingat sang bapak tua dari Mijen itu mengingatkanku pada saudara-saudaraku di kampung sana. Sebuah besek itu hasil karya tangan-tangan trampil yang bergerak pagi, siang, sore dan malam.. Sejak menebang pohon bambu, memotongnya, menyisik, menjemur dan mengeringkannya, menganyamnya satu-persatu hingga diperoleh setumpuk besek yang siap diantar ke pasar oleh sang suami. Allahu akbar..
Tak terasa tlah sampai aku di kampus.. Kulihat para mahasiswa calon-calon tenaga kesehatan itu menyimpan senyum mereka dan menghafalkan langkah-langkah perawatan pasien: calon perawat, calon fisioterapis, calon bidan dan calon bidan pendidik. Air mata mengalir membasahi pipi. Bapak tua itu mengajarkan padaku untuk terus berkarya dan berkarya, betapapun usia telah beranjak kian tua.. Kepada para mahasiswa itu hendaklah terus kubagikan semangat tauhid, meyakini keagungan semesta. Teruslah merenda asa, karena sesungguhnya Allah itu Maha Kaya, Maha Kuasa.. Allahu akbar.. Allahu akbar.. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar