Sabtu, 11 Maret 2017

Indonesia Pusat Peradaban Islam Saat Ini



gambar: wikimedia.org


Oleh: Sri Lestari Linawati

“Pada abad ke-10, pusat peradaban Islam adalah Baghdad. Sekarang, Indonesia Pusat Peradaban Islam”. Ini adalah pernyataan paling menarik yang disampaikan Dr. Aoki Takenobu dan Dr. Akutsu Masayuki dari Chiba University Jepang, Kamis (9/3/17), di Hall 4 Baroroh Baried, Gedung A Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.

Studium Generale “Considering Indonesian Islamic Society from Nursing Care Field in Contempary World” ini dihadiri sekitar 400 mahasiswa dari 13 prodi yang ada di UNISA Yogyakarta. Di era Meiji, Jepang selama ratusan tahun menerima modernisasi barat dengan tetap mempertahankan tradisi Jepang seperti nilai-nilai agama dan keluarga.

Namun saat ini Jepang mengalami krisis. Anak-anak muda mulai individualis, mulai kehilangan rasa hormat pada orang tua, mulai kehilangan orientasi hidup, angka bunuh diri mencapai 30.000/th, orangtua yang renta tak lagi dipedulikan. Memang benar Jepang maju dalam teknologi, kedisiplinan dan semangat kerja, itu kelebihan kita. Namun untuk nilai-nilai budaya yang mendisiplinkan nilai-nilai moral, Jepang perlu belajar kepada masyarakat muslim Indonesia.

Menurut kami, pusat peradaban Islam bukan lagi di Baghdad atau Timur Tengah. Bagi kami, pusat peradaban Islam ada di Indonesia. Indikasinya, misalnya hal memperbaiki lingkungan hidup. Sampah dipilah, didaur ulang. Hal ini diambil dari nilai-nilai agama islam, maka kemudian ada istilah “Shodaqoh sampah” yang diyakini sebagai jalan untuk masuk surga. Artinya, ajaran islam bisa dihidupkan dalam kehiduan sehari-hari.
Mengapa Indonesia merupakan pusat peradaban Islam saat ini? Menurut kami karena 2 faktor, yaitu:

1.
Faktor Sosial
Penduduk Indonesia terdiri dari beraneka agama, suku, budaya dan bahasa. Di antaranya ada suku Minang, Batak, Madura, Jawa, Bugis dan sebagainya. Demikian data statistic yang ada. Agama ada Islam, Hindu, Budha dan itu diintegrasikan dalam satu negara “Indonesia”. Ini mencerminkan adanya persatuan dan kesatuan Indonesia.

2.
Pendidikan
“Angka buta huruf hampir 0 %”, kata Dr. Aoki. Hampir tidak ada orang di Indonesia yang tidak bisa membaca, semuanya bisa membaca. (Untuk hal ini tampaknya saya masih mempertanyakan. Faktanya, masih banyak warga Indonesia yang masih perlu baca tulis).

Dr. Aoki dan Dr. Akatsu telah melakukan riset Islam di Indonesia ini sekitar 5 tahun. Beliau melihat pentingnya integrasi sains dan agama. Beliau memulai pembahasannya dari pemahaman Islam di Jepang dan mengakhirinya dengan menekankan tugas ini kepada muslim Indonesia. “Tugas saudara-saudara sangat penting, yaitu mensosialisasikan Islam, agar masyarakat di luar Indonesia dapat menemukan solusi mengatasi ‘jaman edan’ yang dihadapinya. Harus belajar dari Indonesia.”

“Are you ready for Islam Berkemajuan in Nursing Field?” ditanyakan tiga kali oleh Dr. Aoki, seolah memastikan kesediaan muslim Indonesia. Pemerintah Jepang punya undangan kesempatan bekerja sambil belajar, manfaatkan. Muslim Indonesia memiliki KEKUATAN AGAMA ISLAM YG SANGAT KUAT.

Saya kira ini adalah petunjuk Allah bagi kita, tenaga kesehatan muslim Indonesia. Dari seorang doctor Jepang, kita disadarkan untuk menguatkan kembali nilai-nilai keyakinan Islam di bidang kesehatan dan kehidupan. Islam sangat menganjurkan pentingnya kebersihan bagi perwujudan kesehatan. Persoalan-persoalan kesehatan, pada akhirnya berakar pada persoalan agama dan keyakinan. Bila demikian halnya, penting dan strategis memaknai kembali ikon “Profesional Qur’ani”, professional yang terinsiprasi Al-Qur’an. Wallahu a’lam.



dipublish juga di www.kabarnusa.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar