Sabtu, 20 Oktober 2018

Ikhlas Wakaf Waktu, Kunci Sukses Pemuda Muhammadiyah

Hasil gambar untuk muhammadiyah jogja expo  
foto: (kiri) panjimas.com,  (kanan) anangamiruddinnugroho.com


Berikut ini adalah salah satu di antara beberapa tulisan mahasiswa. Kado terindah minggu ini.


Ikhlas Wakaf Waktu, Kunci Sukses Pemuda Muhammadiyah

Oleh: Havida Widyastuti


Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri untuk mewawancarai tokoh penggerak Muhammadiyah. Berawal dari penugasan materi Kemuhammadiyahan dan Keaisyiyahan, kami bisa bertemu dengan tokoh yang sangat menginspirasi, Anang Amirudin Nugroho.

Tiidak mudah untuk bertemu dengan beliau. Kami sempat kesulitan dalam menghubungi beliau. Sebenarnya beliau adalah orang ketiga yang kami hubungi untuk dijadikan seorang narasumber.

Kedua calon narasumber sebelumnya tidak dapat melakukan wawancara dikarenakan ada tugas sosial di Palu. Hal itu tak menghentikan kami untuk bertemu dengan tokoh penggerak Muhammadiyah lainnya, khususnya tokoh Pemuda Muhammadiyah yang menjadi concern kami.

Kami berencana untuk bertemu dengan beliau di salah satu acara besar Muhammadiyah yaitu Muhammadiyah Jogja Expo yang diselenggarakan di Sportorium UMY. Kehadiran kami di sana sangat membuat kami bahagia. Satu sisi kami bisa bertemu dengan beliau, sisi lain kami bisa berinteraksi dengan masyarakat dan kader Muhammadiyah dalam satu forum.

Pencarian kami terhenti pada stand PCM Wirobrajan. Sosok beliau yang masih muda dan energik, menjadikan kita semakin interest untuk melakukan wawancara. Karena memang suasananya yang ramai, kami pun mencari tempat yang agak tenang. Terpilihlah depan pintu masuk utama sportorium.

Anang Amiruddin Nugroho adalah sosok penggerak inspirasi kami. Mewawancarai seorang ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PC PM) Wirobrajan Yogyakarta, membuat kami merasa bahagia sekaligus tegang. Tegang karena beliau  menduduki posisi tertinggi di Cabang Wirobrajan.

Kegiatan beliau banyak. Sibuk kuliah S2, mengajar, aktif di PC PM, aktif di PDPM membuat beliau harus pintar memanage waktu. Agenda yang padat tiap minggunya tidak menjadikan beban pikiran bagi beliau.

Sempat dituturkan bahwa menjadi penggerak ortom itu memang tidak mudah. Diperlukan tenaga extra untuk melakukan itu. Semua itu dapat dilakukan dengan mudah apabila kita selalu berfikiran terbuka, tidak egois dan yang terpenting adalah ikhlas.

Ikhlas menjadi kata kunci dalam menjalankan suatu organisasi. Belajar ikhlas itu setiap hari, tetapi kita tidak tahu kapan kita bisa lulus mempelajari ikhlas. Sedikit tutur beliau yang mengajarkan kami betapa besarnya pengaruh keikhlasan dalam bertindak.

Akhir wawancara beliau sempat berpesan bahwa “Sebagai seorang aktivis yang telah mengikrarkan diri menjadi kader Muhammadiyah itu harus disyukuri, karena itu merupakan salah satu wakaf waktu kita untuk berada di jalan Allah”.

Menjadi sebuah pencerahan di hati mendengar pesan beliau untuk mahasiswa terutama aktivis pergerakan. Ternyata Pemuda Muhammadiyah memiliki kader-kader yang memang siap dalam menjalankan amanah guna mewujudkan tujuan Muhammadiyah.

Sosok Pak Anang yang menginspirasi membuat kami sadar bahwa menjadi seorang mahasiswa yang membanggakan dapat diraih dengan mengikuti organisasi. Di organisasi, kita ditempa menjadi individu yang mandiri, kreatif dan inovatif serta mampu melakukan interaksi sosial yang sangat kita butuhkan ilmunya untuk penerapan di bidang studi nantinya.

Yogyakarta, 19 Oktober 2018.


Havida Widyastuti adalah mahasiswa Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis 5B1 Unisa Yogyakarta. Aktif di PK IMM FIKes Unisa dan Outbound Propemka Unisa 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar