Kamis, 21 Februari 2019

Bersahabatlah dengan Anak




foto: fb SMP Muhammadiyah Ngemplak Sleman DIY



Oleh: Sri Lestari Linawati


“Dik, bisa menggantikan saya di acara itu?” tanya mas Jamal di whatsapp sore itu dengan menunjukkan surat undangan permohonan yang ditujukan pada beliau. Terbaca “besok pagi jam 07.30, parenting dan pengajian di SMP Muhammadiyah Ngemplak Sleman”. Segera saya jawab, “Siap, Mas.”

Begitulah yang bisa saya lakukan terhadap senior saya di Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Ketika beliau menawarkan tugas ini kepada saya, tentu karena beliau sedang membutuhkan bantuan. Oleh karena itu, saya harus menunaikannya dengan sebaik mungkin. Segera saya browshing lokasi. 27 km dari rumah, waktu tempuh 49 menit. Siapa dan bagaimana sekolah tersebut? Klik, terpapar. Sekolah tanggap bencana karena dekat dengan Merapi. Parenting dan pengajian wali murid yang diadakan oleh sekolah? Hm… perpaduan kepentingan antara sekolah-guru-murid-stakeholder.

Begitulah kemudahan yang diberikan sebagai dampak kemajuan teknologi. Kebetulan kuliah praktikum al-Islam yang direncanakan jam 06.00 direschedule oleh mahasiswa Fisioterapi karena ada kelas besar. Dakwah di masyarakat juga merupakan ikhtiar  perguruan tinggi  untuk berbagi dan mencerahkan. Selanjutnya menyampaikan pada mas suami untuk meminta izin dan sarannya. Beruntung diizinkan karena mas suami juga mengenal siapa dan bagaimana Mas Jamal yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2015-2020. Mengajak mahasiswa? Ya, disampaikan. Kebetulan ini minggu-minggu terakhir semester, kuliah full, sehingga mahasiswa tidak ada yang bisa ikut.
 
Pagi pun tiba. Dengan motor astrea star, saya melaju ke lokasi. Udara segar pagi memenuhi dada. Terbayang bagaimana para pendahulu melakukan perjalanan dakwah dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun. Saya belum ada apa-apanya dibandingkan perjuangan itu. Beberapa kali saya berhenti untuk menanyakan arah jalan. Hikmah terbesar bagi saya adalah saya menjadi tahu betapa banyaknya geliat dakwah di tengah masyarakat dan dunia pendidikan. Adalah tugas kita para pemerhati pendidikan untuk peduli dan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat kita. Masih banyak agenda yang membutuhkan partisipasi aktif kita.

Bahagia rasanya akhirnya sampai juga di lokasi. Penerima tamu segera mengantarkan saya ke ruang transit. Ibu kepala sekolah menemui saya. Bu Eka namanya. Sesaat kemudian Pak Mukhlish Majelis Dikdasmen Cabang Ngemplak juga hadir. Acara ini adalah upaya pertama sekolah menghadirkan orang  tua secara serentak saat penerimaan raport. Saya lihat respon orang tua bagus. Sekitar 400 orang tua murid kelas 7,8 dan 9 hadir. Para guru duduk di sisi kiri panggung. Para perwakilan siswa duduk di sisi kanan panggung dengan senyum dan tatap harap remaja.

Ayat Al-Qur’an yang dibaca dan dikaji pada momentum ini adalah surat Al-Ahqaf ayat 15. Sepotong demi sepotong dibaca bersama. Hormat pada orang tua adalah wasiat Allah kepada manusia. Itulah sebabnya kita semua wajib hormat pada orang tua. Dulu, kita pun seorang anak. Kini, kita menjadi orang tua. Tak mudah memang menjadi orang tua. Diperlukan upaya tiada henti dan tak kenal lelah berusaha menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita. Jaman milenial? Menghadapi gempuran dan dampak penggunaan gadget? Jadilah sahabat bagi anak-anak kita. Ingatkan mereka saat-saat shalat, namun tetap dengan cara yang baik. Mutlak.

Ibunya mengandungnya dalam keadaan susah payah. Sejak bulan kesatu hingga kesembilan, banyak hal yang harus diperjuangkan oleh seorang ibu. Mulai mual-mual dan muntah, beban kandungan yang kian berat dari waktu ke waktu, hingga persoalan kecantikan dan keharmonisan hubungan suami dan istri. Bagi para orang tua, ini mengingatkan bahwa anak-anak kita yang kini menginjak usia remaja, dulunya kita perjuangkan dengan susah payah. Para siswa yang duduk di sisi kanan panggung pun senyum-senyum. Mereka pun saatnya mengetahui betapa tak mudahnya menjalani masa kehamilan. Cinta itu tak cukup hanya menyukai dan ingin menikah, namun ada konsekuensi yang mustinya difahami dan dipersiapkan sejak dini juga.

Melahirkannya pun dalam keadaan susah payah. Titik klimaks perjuangan antara hidup dan mati bagi seorang ibu. Karenanya wajar bila pendidikan melakukan upaya memahamkan titik klimaks ini kepada semua pihak, baik stakeholder, guru, komite sekolah, karyawan, siswa dan orang tua. Kita hidup dan mati adalah kehendak Allah. Tentu ada maunya Allah memberikan nafas kehidupan pada setiap jiwa manusia. Tidak ada yang sia-sia. Di mana kebermanfaatan yang mampu diberikan oleh setiap manusia, inilah yang perlu dirumuskan dan diupayakan bersama.

Hingga ketika dia dewasa dan umurnya empat puluh tahun, dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh aku bertobat kepada Engkau dan sungguh aku termasuk orang muslim.”

Tumbuh dewasa itu proses yang berjalan tahap demi tahap. Ketika di usia empat puluh tahun seseorang berdoa demikian, secara psikologis mengajarkan pada kita bahwa orang tersebut mendapatkan perlakuan yang baik dari kedua orang tuanya, ayah dan ibunya. Ayah ibunya merawat dengan penuh cinta, mengasuh dengan hati mulia dan mendidiknya untuk tegaknya tauhid di jiwa. Di titik inilah kita para orang tua semestinya berada dan menjadikannya sebagai paradigma.

Apakah makna paradigma itu? “Jelajahilah bumi dan perhatikan olehmu bagaimana nasib kaum terdahulu”, demikian Qur’an mengingatkan. Persiapkan putra-putri kita untuk menjelajahi bumi. Kemampuan bahasa yang memungkinkan putra-putri kita menjelajah dari satu negri ke negri lainnya, bahasa itulah yang musti mereka kuasai. Berarti pisah dong dengan orang tua?

Ayah dan ibu, saya pun orang tua dari anak-anak kami. Jujur itu tak mudah. Ada sejuta rindu dan asa yang kita punya pada buah hati kita, namun, bukankah Allah telah memberikan amanahNya pada kita? Khalil Gibran berkata, “Putramu bukanlah putramu. Mereka adalah putra-putri kehidupan..” Untuk kehidupan yang damai itulah mereka lahir dan kita persiapkan. Di manapun mereka berada, tauhidlah yang semestinya menjadi pegangan kita. 

Terakhir, mari senantiasa panjatkan doa. Tiada sesembahan kecuali Engkau Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami pada agamaMu. KepadaNyalah kita meminta rizki yang halal, bukan  yang haram. Dialah yang mencukupkan kebutuhan hambaNya, jangan izinkan hati kita berpaling dari segala limpahan nikmat dan rahmatNya. Air yang segar, udara yang lapang, nafas yang terbentang, sehat raga dan sehat jiwa yang terpampang adalah bukti-bukti kekuasaan Tuhan Allah yang tidak mungkin kita ingkari. Hanya bisikan setan yang terus menggoda dan meruntuhkan iman dan keyakinan. Setan tidak pernah rela. Setan akan terus berusaha kita hancur, mengikutinya hingga kita pun masuk ke neraka. Pilihannya ada pada kita, jalan manakah yang akan kita tempuh. Wallahu a’lam.[]

Yogyakarta, 18 Desember 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar