Selasa, 12 Februari 2019

Mendidik Anak Shalih dan Shalihah di Era Milenial


Hasil gambar untuk children millennial muslim














foto: isca.edu.au


Oleh: Sri Lestari Linawati


Setiap orang tua pasti mendambakan anaknya menjadi anak yang shalih dan shalihah, yaitu anak-anak yang menyenangkan hati kedua orang tuanya, menyenangkan hati siapa pun yang memandangnya. Kita mengharapkan anak-anak sehat, pintar, cerdas, juara, terampil, beriman, bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia, berkepribadian mandiri, cerdas, kreatif, terampil, tanggung jawab, produktif.

Pada kenyataannya tidak mewujudkan mimpi dan cita-cita itu. Karakteristik anak jaman sekarang berbeda dengan masa kecil kita dulu. Di antara karakteristik anak jaman sekarang (Nurul, 2018) adalah mempunyai ambisi besar untuk sukses, cenderung praktis dan berfikiran instan, cinta kebebasan, terlalu PD (percaya diri), menyukai hal-hal yang detil, keinginan besar untuk mendapatkan pengakuan, dan mahir menggunakan digital teknologi.

Lebih lanjut Nurul menjelaskan, teknologi memang membuat kehidupan semakin mudah. Jika dicermati, ada segunung manfaat yang bisa diambil dari kemajuan teknologi, antara lain pusat informasi secara umum, “teman” mengerjakan PR, menambah skill/ ketrampilan, informasi khusus, dll.

Kita saksikan anak-anak sudah terpapar teknologi sejak mereka lahir. Mereka melihat kita orang tuanya menggunakan hp, ber-whatsapp, ber-fb, ber-twitter, ber-instagram. Wajar jika mereka meniru apa yang kita lakukan. Anak-anak usia KB dan TK sudah terampil menggunakan dan mengoperasikan kemajuan teknologi tersebut. Bagaimana kita menyikapinya? Tak mudah memang, karena setan akan selalu menggoda manusia hingga hancur dan menderita, lalu masuk neraka. Karena itu, bijak adalah pilihan yang memungkinkan untuk kita lakukan.

Cara terbaik untuk mebuat anak-anak betah di rumah adalah menciptakan suasana yang menyenangkan dan jauh dari kejenuhan. (Dorothy Parker) –dalam buku “Kewaspadaan”, Muhammad Chirzin.

Anak Belajar dari Kehidupan
(Dorothy Low Nolte)

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

Surat Al-Ahqaf ayat 15

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ

Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Belajarlah pada induk ayam bagaimana ia mendidik anaknya. []

Pagi cerah di Yogyakarta, 2 Desember 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar