Kamis, 21 Februari 2019

Matahari Bersinar Tanpa Menghitung Siapa yang akan Berterima kasih

 
Pengajian Embun Pagi Sidomulyo Godean DIY


Oleh: Sri Lestari Linawati


Bersinar setiap hari. Menyinari segenap negri, segenap penjuru. Siapapun, apapun, akan disinarinya. Matahari tak akan bertanya terlebih dahulu, siapa yang akan berterima kasih padanya. Matahari tak akan berfikir, hanya mereka yang berterima kasih yang akan diberi sinarnya. Inilah filosofi kebaikan.

Demikian kajian ahad pagi jam 06.00-07.00 Pengajian Embun Pagi 1 Sidoarum Godean yang disampaikan oleh Bapak Dr. Ir. Sukamta, MT, IPM. Wakil Rektor 1 UMY.  

Beliau menguraikan hal itu, sebagai lanjutan uraiannya tentang tiga karakter manusia menurut surat Al-Fathir: 32. Tiga jenis itu adalah orang yang menganiaya diri sendiri, orang pertengahan dan orang yang ikhlas. Saya kira kita sering mendengarkannya, namun mengaji dan mengkaji kembali makna dan hakikat tiga karakter manusia, akan menyadarkan kita tentang amalan yang musti kita perbuat.

Karakter orang sebagaimana disebutkan, mengajarkan kita untuk meningkatkan iman dan taqwa kita. Ikhlas adalah sikap utama. Ternyata ikhlas itu lebih mengedepankan sikap berbuat baik lebih dulu, bagai matahari yang tiada lelah tuk bersinar.

Orang pertengahan adalah orang yang selalu menghitung dulu, apakah kebaikannya nanti mendapat banyak pahala atau tidak. Dalam kesehariannya, dzikirnya "pahala.. pahala.. pahala..". Dalam dunia kerja, dzikirnya "honor.. honor.. honor..". Semua hal dihitungnya. Ups, memang amat tidak mudah ya, Lur..

Menghitung. Berhitung. Ini kan kecerdasan matematis. Bahwa kita pandai berhitung, itu bagus. Apalagi sebagai bendahara, musti cermat dalam menghitung. Namun, Lur, ternyata dalam hal berbuat baik, kita musti pintar memanaje sikap batin yang suka 'ngitung-itung' ini.

Swear tak mudah, Lur, aku pun tahu. Namun saat kita mengingat betapa bekal kita untuk hidup yang kekal musti cukup, betapa kita amat sangat mengharapkan uluran kasih sayang dan kuasa Allah, yang luasnya antara langit dan bumi.

Itu sekilas kajian yang sempat kubagikan, Lur. Masih banyak lagi mutiara hikmah dalam pengajian itu, namun dibawa masing-masing oleh setiap jamaah yang senantiasa rajin hadir tiap ahad pagi itu. Tanpa presensi kehadiran mereka hadir dari berbagai penjuru desa. Panitia pun cukup menghitung dari gelas yang tersaji. Paradigma yang sangat sederhana.

Aku belajar bahwa niat baik itu musti diwujudkan, dengan sederhana pun bisa, tanpa harus ndakik-ndakik dan mengerutkan kening. Jalani dan terus ikhtiar tuk berikan layanan terbaik bagi jamaah. Insyaallah, Allah akan pertemukan kita dengan orang-orang baik pula, orang-orang yang senanriasa merindukan kampung surgawi nan penuh kedamaian bertabur kemuliaan.

Semoga kita bisa saling menguatkan langkah di jalan dakwah: Indonesia Berkemajuan. Salam Literasi.[]


Yogyakarta, 17 Februari 2019



Audio rekaman pengajian dapat didengarkan di sini:

https://soundcloud.com/sri-lestari-linawati/pengajian-embun-pagi-1-17-febr-2019


baca:

KELOMPOK PENGAJIAN EMBUN PAGI – Permudah Warga Menambah Ilmu Agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar